Bismillah..
Alhamdulillah
sudah terhitung 34 hari aku magang. Senang sekali mengetahui keadaan lingkungan
kerja yang sesungguhnya, tidak seperti di bangku kuliah dengan tekanan tugas
dan mendengarkan kuliah dari dosen. Dunia kerja berbeda, lebih fleksible,
banyak hal baru seperti kehidupan sosial dengan teman kerja, ada bercanda,
serius, dan kerja sama.
Tempat
mangku sekarang adalah milik keturunan Cina,
banyak hal di pabrik yang mestinya bisa diperbaiki jika ada komitmen dari
pimpinan, banyak kebohongan disana. Menurut Pak Tohir, seorang yang sudah 30
tahun bekerja disana dulu pabrik ini ketika masih dipegang oleh pemerintah
karyawan berada dalam puncak kejayaan. Produk yang dihasilkan baik, kesehatan
karyawan dan keluarga juga pendidikan anak-anak mereka di jamin oleh pabrik. Namun
semenjak era reformasi semuanya berubah.
Seperti petaka dalam bunga tidur, seluruh fasilitas dicabut, aktivitas
pendidikan agama juga tidak di dukung seperti dulu. Jam kerja yang padat namun
ibadah yang kurang.
Aku
mangang disana bersama dua orang kawanku di kampus. Sebelum magang kami dihimbau untuk memakai
perlengkapan keselamatan sendiri. Kami orang safety, mahasiswa bidang
kesehatan dan keselamata kerja (K3), ditugaskan magang selama 40 hari disana. Akhirnya
kami membeli sepatu safety sendiri
dengan harga miring, kami sudah bisa memakainya di hari pertama magang. Sedangkan
helm safety , kami mendapatkan
pinjaman dari pabrik.
Hari
pertama magang, pertahanan jiwaku mulai goyah. Aku yang baru mengerti ilmu
agama, mencoba menerapkannya dalam kehidupanku, menyesal kenapa dulu memilih K3 sebagai jurusan peminatan. Aku baru
sadar, kehidupan kerja seorang safety
officer adalah seperti ini nantinya. Berbaur dengan semua orang di pabrik
dan bertugas menjaga keselamatan mereka dengan menerapkan teori yang ku
dapatkan di pabrik. Mimpi buruknya adalah “semua karyawan, 80% adalah laki-laki”.
WHAT THE....!!!
Astaghfirullah, aku
telah membuat kesalahan. Pernah ku baca di sebuah artikel yang membahas tentang
larangan campur baur antara laki-laki dan perempuan (ikhtilat) dan calon pekerjaanku nanti sulit melepaspan diri dari
namanya ikhtilat. Bagaimana ini? Akankah
ilmu ini akan sia-sia? Sampai tiba masa, aku berharap jika Allah ta’ala mengizinka, semoga suatu saat aku bisa bekerja di
lingkungan mayoritas perempuan atau aku harus membuka usaha atau aku bekerja di
kantor yang sedikit campur-baur.
Sebenarnya
aku menyukai bidang ini. Aku ingin membawa perubahan pda dunia kerja yang
selama ini tidak memperhatikan hak dari tenaga kerja. Mereka terpaksa bekerja
tanpa perlindungan dan resiko kecelakaan dan kematian selalu menghantui. Telah banyak
ku dengar tingginya angka kecelakan di konstruksi dan bencana lainnya di tempat
kerja dan itu semua bisa dengan petunjuk dari Allah, kita bisa menghindarinya.
Hal
lain yang ingin ku ceritakan, seorang yang nantinya bisa bekerja di lapangan,
diriku alhamdulillh atas pertolongan Allah padaku, kini diriku telah dimudahkan
untuk menutup aurat dengan benar. Sempat ku ragu dengan penampilanku ini,tidakkah benar apa yang dikatakan orang,
tidak seharusnya seorang yang aktif dilapangan memakai rok, gamis dan ker,
kerudung lebar. Ini sama saja membuat risiko bahaya untuk dirinya sendiri. Iya,
aku pesimis, bisakah ya Allah? Mampukah diriku?
Aku
yakin setiap petunjuk yang tertulis dalam Alquran
dan Assunnah hanyalah manfaat
yang akan aku dapatkan. Allah mewajibkan muslimah menutup aurat dan menghindari
ikhtilat hanyalah demi kebaikan kami.
Sungguh dunia ini hanyalah permainan semata, ilmu dunia dan bekerja hanyalah
fasilitas memperoleh rizki agar bisa
menuntut ilmu agama. Taruhlah ia di kedua tanganmu tapi jangan di hatimu. Fitnah
dunia hanya sebentar, bersabarlah jiwa, kelak engkau akan mendapatkan apa yang
tuhanmu janjikan. Semoga Allah memberikan petunjuk dan pertolongan menjadikan
sisa usia ini hanya terus menuntut ilmu dan
beribadah hingga bisa menggapai cintaNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar