Dear calon suamiku..
Kau tahu sekarang aku makin jatuh cinta dengan yang
namanya salafi. Awalnya bermula dari
SMA, temanku memperkenalkan blog
muslim.or.id dan yufid.com. tahun
berganti, kadang-kadang jika sempat aku membaca satu-dua buah artikel tentang
agama disana, namun jiwaku sampai menginjak
bangku kuliah masihlah terpaut dengan ke”gila”anku dengan yang namanya
pria setengah wanita (korea). Kehidupan mereka yang menjadi panutanku karena saat masa pencarian jati
diri, sosok idola belum ku temukan. Sampai tibalah mereka jadi mata angin dari
gersangnya jiwaku. Ini berlangsung bertahun-tahun hingga tumpukan dosa mulai
terasa. Memikirkan mereka, merelakan apa saja demi mereka, mengorbankan waktu
dan masa remajaku mencari sosok panutan untuk jadi teladan kehidupan mendatang.
Tahun kedua di perkuliahan aku iseng-iseng mendownload video
ceramah dari ustadz-ustadz di yufid ,
kamu tahu bagaimana pendapatku ketika mendengarkan tausiyahnya, hatiku masih
gersang, aku mengantuk dan tidak tertarik sama sekali untuk meyimak ulasan dari
tersebut. Seperti udara yang memasuki balon yang bocor, manisnya iman tidak
bisa mengisi ruang-ruang di dadaku.
Tahun ketiga tiba, saat itu alahmdulillah allah
memberiku petunjuk. Mempertemukanku dengan perempuan sholehah, mengajakku untuk
mempelajari ilmu agama, mengajak ku berbuat kebaikan, mengajak ku untuk
beribadah, mengajariku tentang arti berfikir positif kepada Allah. Aku di
pertemukan dengan kelompok-kelompok dakwah, yang selama dua tahun masa kulia
pernah ku hiraukan namanya. Disina aku mengenal tauhid, diajari kecintaan pada
allah dan apa itu keimanan. Di rekatkan oleh ukhuwah, bercanda dan saling
menguatkan dalam beribadah.
Aku sadar diriku sangatlah labil, seperti bola bekel yang terus perputar dan tidak puas
di satu tempat. Ketika ada harakah yang juga indah, aku tertarik ingin
mempelajarinya juga. Bahkan hati ini sakit saat mengetahui ternyata kelompokku
berbeda dengan mereka, aku tidak bisa bersatu dengan kawan disana. Seperti air
dan minyak, tidak bisa menembus dunia masing-masing. Berhari-hari aku sedih,
dalam dada tersulut nafsu untuk menyatukan mereka. Kita ini saudara, apalah
yang kita perebutkan, sedangkan tujuan kita sama, akhir hidup yang diinginkan
juga sama, kenapa mengatakan kita tidak mungkin bersatu? Allah itu satu,
cintaNya lah yang kita dambakan. Bulir-bulir air di pipi sering jatuh ketika
memikirkannya, islam tapi tak bisa disatukan. Objek dakwah sangat luas, banyak
sekali yang membutuhkan dakwah, walalupun metode berbeda tidak bisakah sekedar
bergandengan tangan, bukan lantas salig curiga?
Tahun ke empat Allah memberikan anugrah lagi, aku
menyukai salafi. Padahal dua bulan
yang lalu aku dadaku sesak karena tak bisa menjadi bagian dari mereka. Alhamdulillah
sekarang bola bekel menggelinding
lagi menuju lubang yang bernama salafi. Jatuh
hati kepada keilmuannya, cara penyampaiannya, cara berfikirnya, luasnya
dakwahnya, kegiatan sosialnya, kecintaannya pada rasul dan sahabat. Jika mengingat
masa lalu “from korea to ldk to kammi to ldk and then now, i’m fallin again
with an other, yes you are salafi”. Rencana
Allah memang indah dan untuk sampai kesatu titik, dibutuhkan proses dan waktu. Temanku
khawatir saking mudahnya aku jatuh cinta pada sesuatu, ia takut aku nanti mudah
diajak pada suatu ajaran/something
yang tidak benar. Insya allah saudaraku, allah pasti memberikan jalan menujuNya
padaku. CintaNya yang ku dampa, sedang sekarang aku masih belum puas dengan
pengetahuan yang ku punya, insya allah nanti aku bisa semakin kuat dan dalam
beraqidah, kita akan berproses melangkah kesana.
Calon suamiku aku sadar, banyak sekali kekuranganku,
imanku masih compang camping, berlubang dan mudah di hembuskan nafsu. Tapi ku
harap, Allah segera mempertemukan ku dengan orang-orang sholeh yang akan
mengajakku mengarah kepadaNya. Aku akan belajar, insya allah. Ku harap kamu
juga sama, dan kita bisa saling menguatkan. Ku harap kamu adalah seseorang yang
mencintai allah melebihi dirimu sendiri, mencinti ilmu syari, mencintai
umat/masyarakat dan nanti kita bisa bersama-sama melakukan aksi sebagai relawan di lapangan. Kau akan
mengajariku kan? Jazakallah akhy J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar