Rabu, 26 Maret 2014

Lembaga Dakwah Kampus




(dokumentasi pribadi; 2014-02-27 16.45.15 di LDK )
Saat aku mulai memasuki gerbang perguruan tinggi sekitar tahun 2011, ada berita menghebohkan saat itu. Di televisi, surat kabar, internet, sampai guru –guru di bangku putih abu-abu juga ikut memberikan komentarnya. Aliran sesat benar-benar menjadi fenomena kala itu membuat segenap pemuda ketakutan dengan organisasi islam di kampus terutama mahasiswa yang menggunakan jilbab panjang.
Di jember, pertama kali aku menginjak tanah jawa dan keluar dari zona nyamanku di madura, aku benar-benar bertemu dengan mereka. Dengan pakaian warna gelap, jilbab panjang samapi menyapu jalan, juga mulai mendekati mahasiswa baru dengan menawarkan bantuan semisal mencarikan rumah kos. Aku takut kala itu, berharap semoga mereka tidak mendekatiku, tidak mengajak ku berbicara karena aku tergolong orang yang mudah terpengaruh.
Kini aku mengenal mereka, aktivis Lembaga Dakwah Kampus (LDK) yang bermukim di masjid kampus, al hikmah. Serba-serbi mengatakan sebagian mereka adalah Hizbut Tahrir Indonesia sebuah kelompok islam yang menyeru agar negara kembali ke khilafah. Ada salah satu teman di kampus ungu, dia aktif di LDK, mengajakku untuk ikut kajian muslimah yang rutin mereka adakan. Dalam hati ingin sekali untuk mencoba ikut dan mengenal seorang muslimah itu seperti apa. Tapi, isu kelompok sesat beberapa tahun lalu tetap menakutiku.
Hari dimana hatiku terketuk untuk belajar tentang agamaku tiba. Akhirnya aku mau mengikuti kajian mereka, aku ingin tahu ilmu – ilmu islam lebih mendalam. Melihat mereka, aktivis dakwah membuat hatiku iri. Mereka tampak teduh, ceria, dan aktif beribadah.
 Hari itu aku menyimak kajian muslimah di serambi masjid kampus, pengisinya ustadzah Berliana. Seorang alumni aktivis LDK. Tema kala itu adalah bagaimana untuk tetap ibadah walau tamu bulanan datang. Dari yang aku simak, tema kajian tersebut cukup menarik namun kenapa aktivis LDK di sekitarku yang menjadi pendengar seolah kurang memperhatikan. Aku akui, cara penyampaian pengisi kurang menarik, tidak seperti penceramah profesional yang sering aku tonton di jejaring youtube. Tapi kenapa sebagian mereka tidak memperhatikan dan seolah punya dunia sendiri. Aku mengakui bahwa diriku juga banyak kekurangan disana-sini, tapi setidaknya menuntut ilmu allah bukankah harus dilakukan dengan sungguh-sungguh?
Oh ya, aku baru ingat sebuah kata-kata indah yang pernah kubaca mengatakan begini “apa yang aku lihat di sebagian kecil sebuah kelompok buruk tidak menggambarkan bahwa semua dari mereka juga buruk”. Ya, jadi aku tidak boleh berprasangka negatif pada saudara-saudaraku.

Akhirnya kesimpulan yang dapat ku ambil. Pintar sekali media memutar balikan fakta. Apa yang mereka katakan tidak benar terjadi di kenyataan. Pemberiataan yang mereka buat mengenai kelompok islam di dunia kampus membuatku takut dan membatasi diri untuk memasuki ilmu allah. Semoga dengan bergabung dengan para pejuang dakwah, mereka yang disebut kumpulan orang sholeh, dapat membuatku tetap istiqomah. Amiiin ya robbal alamiin J