Kamis, 15 Januari 2015

Alhamdulillah Pintu yang Baru


Dear calon suamiku..
Kau tahu sekarang aku makin jatuh cinta dengan yang namanya salafi. Awalnya bermula dari SMA, temanku memperkenalkan blog muslim.or.id dan yufid.com. tahun berganti, kadang-kadang jika sempat aku membaca satu-dua buah artikel tentang agama disana, namun jiwaku sampai menginjak  bangku kuliah masihlah terpaut dengan ke”gila”anku dengan yang namanya pria setengah wanita (korea). Kehidupan mereka yang menjadi  panutanku karena saat masa pencarian jati diri, sosok idola belum ku temukan. Sampai tibalah mereka jadi mata angin dari gersangnya jiwaku. Ini berlangsung bertahun-tahun hingga tumpukan dosa mulai terasa. Memikirkan mereka, merelakan apa saja demi mereka, mengorbankan waktu dan masa remajaku mencari sosok panutan untuk jadi teladan kehidupan mendatang.
Tahun kedua di perkuliahan aku iseng-iseng mendownload video ceramah dari ustadz-ustadz di yufid , kamu tahu bagaimana pendapatku ketika mendengarkan tausiyahnya, hatiku masih gersang, aku mengantuk dan tidak tertarik sama sekali untuk meyimak ulasan dari tersebut. Seperti udara yang memasuki balon yang bocor, manisnya iman tidak bisa mengisi ruang-ruang di dadaku.
Tahun ketiga tiba, saat itu alahmdulillah allah memberiku petunjuk. Mempertemukanku dengan perempuan sholehah, mengajakku untuk mempelajari ilmu agama, mengajak ku berbuat kebaikan, mengajak ku untuk beribadah, mengajariku tentang arti berfikir positif kepada Allah. Aku di pertemukan dengan kelompok-kelompok dakwah, yang selama dua tahun masa kulia pernah ku hiraukan namanya. Disina aku mengenal tauhid, diajari kecintaan pada allah dan apa itu keimanan. Di rekatkan oleh ukhuwah, bercanda dan saling menguatkan dalam beribadah.
Aku sadar diriku sangatlah labil, seperti bola bekel yang terus perputar dan tidak puas di satu tempat. Ketika ada harakah yang juga indah, aku tertarik ingin mempelajarinya juga. Bahkan hati ini sakit saat mengetahui ternyata kelompokku berbeda dengan mereka, aku tidak bisa bersatu dengan kawan disana. Seperti air dan minyak, tidak bisa menembus dunia masing-masing. Berhari-hari aku sedih, dalam dada tersulut nafsu untuk menyatukan mereka. Kita ini saudara, apalah yang kita perebutkan, sedangkan tujuan kita sama, akhir hidup yang diinginkan juga sama, kenapa mengatakan kita tidak mungkin bersatu? Allah itu satu, cintaNya lah yang kita dambakan. Bulir-bulir air di pipi sering jatuh ketika memikirkannya, islam tapi tak bisa disatukan. Objek dakwah sangat luas, banyak sekali yang membutuhkan dakwah, walalupun metode berbeda tidak bisakah sekedar bergandengan tangan, bukan lantas salig curiga?
Tahun ke empat Allah memberikan anugrah lagi, aku menyukai salafi. Padahal dua bulan yang lalu aku dadaku sesak karena tak bisa menjadi bagian dari mereka. Alhamdulillah sekarang bola bekel menggelinding lagi menuju lubang yang bernama salafi. Jatuh hati kepada keilmuannya, cara penyampaiannya, cara berfikirnya, luasnya dakwahnya, kegiatan sosialnya, kecintaannya pada rasul dan sahabat. Jika mengingat masa lalu “from korea to ldk to kammi to ldk and then now, i’m fallin again with an other, yes you are salafi”. Rencana Allah memang indah dan untuk sampai kesatu titik, dibutuhkan proses dan waktu. Temanku khawatir saking mudahnya aku jatuh cinta pada sesuatu, ia takut aku nanti mudah diajak pada suatu ajaran/something yang tidak benar. Insya allah saudaraku, allah pasti memberikan jalan menujuNya padaku. CintaNya yang ku dampa, sedang sekarang aku masih belum puas dengan pengetahuan yang ku punya, insya allah nanti aku bisa semakin kuat dan dalam beraqidah, kita akan berproses melangkah kesana.
Calon suamiku aku sadar, banyak sekali kekuranganku, imanku masih compang camping, berlubang dan mudah di hembuskan nafsu. Tapi ku harap, Allah segera mempertemukan ku dengan orang-orang sholeh yang akan mengajakku mengarah kepadaNya. Aku akan belajar, insya allah. Ku harap kamu juga sama, dan kita bisa saling menguatkan. Ku harap kamu adalah seseorang yang mencintai allah melebihi dirimu sendiri, mencinti ilmu syari, mencintai umat/masyarakat dan nanti kita bisa bersama-sama melakukan aksi  sebagai relawan di lapangan. Kau akan mengajariku kan? Jazakallah akhy J