Sabtu, 13 September 2014

Maaf ibu-Saya bersalah

Hidup saya-mudah ketika mengatakan saya siap istiqomah-tapi ternyata jalannya tidak mudah. Bukan Cuma kerikil, jarum, benda-benda keras dan tajam siap mengahalangi langkah saya. Seperti itulah syaitan sangat bersemangat mengahalangi orang yang ingin berubah. Keragu-raguan selalu dimunculkan. Apa ini jalan yang benar, bagiamana jika jalannya buntu, ahh-membuat manusia bingung dan tidak sampai ke pentas akhir.
Benar kata murabbiku iman itu ibarat bara api, dipegang akan merasakan panas namun ketika di lepas hanya kegelapan yang tersisa. Istiqomah itu mudah di ucapkan, tapi ternyata.. yasudahlah yang penting sekarang saya sudah berniat. Insya allah, ada yang maha kuasa yang memberi petunjuk.
Begitu banyak kesalahan yang seharusnya bisa saya cegah dan hindari. Salah satunya sholat. Seandainya saya tidak lalai dan mengulur waktu mungkin azab allah yang dijanjikan tidak akan muncul di permukaan pikiran. Yang paling parah, saya yang saat ini menempuh pendidikan kesmas tidak bisa berbuat apa-apa untuk ibu saya yang hamil. Jangankan perhatian, meringankan pekerjaan rumah yang amat berat pun saya kesulitan untuk maju kedepan. Akhirnya penyesalan seumur hidup yang saya dapatkan, kemarin hari kamis/12 september 2014 pukul 14.30, ibu saya melahirkan esorang adik laki-laki tapi setengah jam berlalu saya diberi kabar lagi oleh kakak ipar, adik yang belum sempat saya jumpai telah berpulang ke sisi Rabbi, Allah azza wajalla. Innalillah, mimpi buruk menjadi kenyataan. Air matapun tak ada gunanya, ibaratkan menunggu panas di musim dingin-tidak mungkin terjadi-saya menyesal. Harusnya ketika ibu kebingungan ketika tahu dirinya hamil di usia yang tak lagi muda, mestinya menenangkan ibu. Mengatakan kalimat-kalimat motivasi yang pernah saya baca bahwa masih ada saya. Ibu tidak sendiri, itu rizki dari allah. Sekarang hanya air mata yang mengering dihati, yang saya rasakan.

Ibu, saya amat menyayangimu. Andai saya harus membalas semua pengorbananmu tak akan mampu, ibu. Maaf hanya itu yang mampu saya ucapakan. Ibu, kau bidadari hidupku. Kau yang menjadi penuntunku saat semangat ini lemah, takut akan kegagalan, ragu, mendengar suaramu membuatku bangkit lagi. Ku harap  Allah memberikan rizki untuk keluarga kita, sungguh aku ingin mencurahka kasihku untukmu.. ibu maafkan aku.. aku sayang padamu..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar