Nafkah
kewajiban untuk kepala keluarga untuk mencukupinya. Ada yang terlahir cerdas
dan beruntung maka ia di masa dewasanya mudah mencari nafkah untuk keluarganya.
Sedangkan bagaimana dengan mereka yang kurang beruntung? Harus bersusah payah
demi seribu rupiah, berlomba dengan yang lain demi nafkah untuk anak, istri dan
keluarga.
Hidup
di jaman ini semakin sulit. Akhirnya jalan terakhir dipilih demi asap dapur
tetap membumbung. Ada yang memilih berjualan di jalan, ada yang memilih menjadi
buruh, ada yang membuka usaha bengkel, semuanya coba dilakoni untuk kehidupan
keluarga.
Pernah
aku bertanya jika bagi yang duafa dan memiliki kecerdasan maka untuk
melanjutkan pendidikannya, ia akan mencari jalan beasiswa. Otomatis pemerintah
akan membuka jalan, demi generasi cerdas penerus bangsa. Tapi bagaimana dengan
mereka yang tidak dikaruniai kecerdasan dari lahir? Apa yang bisa mereka
lakukan untuk bertahan hidup. Dunia ini bagaikan hutan rimba, butuh
keterampilan dan ilmu untuk bertahan hidup. Bagaimana mereka anak-anak belia
yang masih belum mengerti pentingnya rajin belajar dan tidak bermalas-malasan.
Bagaiman mereka yang tidak beruntung, di keluarganya tidak ada yang mendorong
untuk belajar. Akhirnya hanya hidup dan bersekolah sekedarnya saja. Bagaimana
masa depan mereka nantinya, bagaimana anak-anak polos itu, di masa dewasanya
nanti harus bertahan di rimba. Sedang kehidupan itu harus di kejar dua-duanya
dunia dan akhirat.
Bagaimana
aku bisa membuat perubahan untuk bangsaku. Aku peduli pada mereka. Aku, dibina
di keluarga yang baik, di dorong oleh kedua orang tua untuk rajin belajar, dan di ingatkan
untuk selalu takut dan mengingat allah, di usia 21 tahun baru menyadari
kesalahan besarku di masa lalu dan masih seperti ini berusaha belajar serta
mendekat ke agamaku.
Bagaimana
Dengan MEREKA???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar