Hari baru disemester tujuh antara senang dan gugup. Senang karena
akhirnya tanggung jawab akan segera purna dilanjurkan dengan mencari rizki
untuk orang tua dan gugup akankah aku berhasil melewati satu tahun kedepan
dengan siap dan matang.
Selain mntal percaya diri yang harus kupersiapkan, lingkungan yang
baik dan kondusifpun juga sudah ditangan. Setelah kebingungan selama tiga
tahun, ku putuskan setahun terakhir in harus dihabiskan dengan bermakna dan
perbuhan besar. Bersama mereka aku akan belajar ilmu agama, sebagai pengobat
haus kalbuku juga keikhlasan beribadah supaya allah mudahkan jalanku. Terakhir
dengan ketekunan dan menghapus kemalan, insya allah jalan itu pasti allah
bukakan.
Disini hal-hal baru kupelajari. Ada sholat berjamaah, mengaji
bersama juga mempelajari tajiwid serta terjemahnya disini juga bergiliran
memberikan kultum subuh dengan tema yang berbeda setiap hari. Aku yang kaku
berbicara di depan umum harus siap-siap belajar dan mengamalkan agar ilmu ini
tidak hilang dan menjadi manfaat.
Banyak kelbihan yang aku rasakan selain ruhiyah, jasmaniyah juga
terpenuhi. Alhamdulillah uang saku setiap bulan bisa dihemat. Biasanya uang
segitu hanya cukup untuk sewa kamar tapi sekarang malah cukup untuk makan dua
kali sehari. aku juga jadi tidak malas untuk bersih-bersih karena ada piket
menyamu dan mengepel juga memasak. Sungguh luar biasa.
Kami tinggal berlima disini, walaupun masih agak kaku karena baru
mengenal tapi aku akan berusaha berkomunikasi dengan mereka. Wajib. Disamping
kamarku ada mbah dul, beliau adalah orang tua perempuan dari pemilik rumah
kontrakan. Beliau terkena stoke sejak bertahun-tahun lalu. Tak
tega rasanya melihat mbah dul tetatih-tatih berjalan ke kamar mandi serta
mencuci sendiri.